Kali Ini, "Ayah" - Transaksi antara Ayah dan Anaknya

March 10, 2017

Hari ini 8 panggilan tertera dalam layar ponselku yang tak terjawab karena tak sengaja terperangkap dalam tas. Tersangka paling kuat sejauh ini yang tahan untuk memencet tombol panggil meski sering terabaikan, hanya orang-orang dari rumah. Ibuku, berada pada daftar teratas.

Benarlah, panggilan itu berasal dari suara yang sering tak kusadari, kurindukan.

Ternyata malam ini bukan malam antara anak dan Ibu tentang keluh, peluh atau hal-hal yang membuatku luluh. Untunglah mulut ibu tak tergugu malam ini. Setidaknya ada seminggu untukku tak terlalu terganggu.

Malam ini malam dialog singkat antara anak dan ayah yang sungguh mengusik. Bukan karena kami biasa asyik. Tapi cukup membuat nuraniku berisik.

"Gimana?" kata tanya yang selalu dilontarkan ayah di baris pertama sapaan panggilannya.

"Apanya Yah yang gimana?" ini juga yang selalu kugunakan sebagai balasan.

Kemudian ayah tak akan menjawab. Karena aku akan selalu tahu maksud prolog pertanyaannya.

"Ayah nggak pa-pa bulan ini jadinya ngirim lebih?" maksudku uang bulanan, tentu saja.

"Ya gak pa-pa. Besok ayah transfer. Minggu depan juga, kalau bisa."

Ayah....
Kenapa aku harus bertransaksi dengannya?

"Beneran Yah, gak pa-pa?" kembali kutanya dia. Hanya sekadar untuk mengisi jeda di antara keheningan.

Lalu basa-basi, aku tanyai kabarnya. Basa-basi juga, ia jawab sekenanya.

Jadi hanya itu intinya? Malam ini aku hanya bertransaksi dengan ayah.
Meminta uang. Mengeruk peluh untuk dihadiahkan padaku.
Memastikan kebutuhan di rumah tetap akan terpenuhi meski jatahnya sudah kuserobot. Memaksa menenangkan diri di balik pernyataan "baik-baik saja" dari ayah, meski kutahu yang terjadi adalah sebaliknya.

Semoga tak kudengar samar-samar sesengguk ibu dari seberang punggung ayah.

Transaksi konyol yang kami pertahankan tiga tahun ini.

Paling tidak dia bisa berpesan, "Jangan terlalu buang-buang duit di rantauan" Atau "Bulan ini Ayah nggak bisa transfer".

Lalu aku bisa bilang, "Iya yah, gak pa-pa. Maaf selalu ngerepotin Ayah".

Tapi prinsip ayah diperparah dengan kesombongan untuk tak merobohkan benteng pertahananku. Agar tak pernah terlihat lemah di mata anak-anaknya.

Hubungan kita tidak sekonyol ini kan, Yah?

You Might Also Like

5 komentar

Popular Posts

His Rhyme

His Rhyme
gave me the strength