Mungkin Tuhan Lupa

December 27, 2015

Mungkin Tuhan lupa bagaimana cara menyampaikan pesan. Atau Dia sebenarnya telah menitipkan pesan itu pada hujan, dan aku terlalu tuli untuk mendengarkan gemuruhnya. Atau mungkin Tuhan juga telah mengirimkan pesan itu lewat kopi. Tapi aku yang terlalu terlena dengan getir, hingga mengabaikan rasa ketir yang menyelinap.

Padahal mentari telah menjadi pengirim pesan yang sangat baik. Entahlah mengapa Ia tak membisikkannya saja padanya. Agar aku bisa menangkap sinarnya yang sekali lagi begitu menyengat.

Kira-kira begini pesan Tuhan yang dengan susah payah kudapat dari seorang teman dekat:
“Mulai sekarang dia bukan lagi rintik hujan yang sering kau pandang. Mulai sekarang dia bukan lagi kopi hitam yang sering kau sesap. Mulai sekarang dia adalah robekan kertas yang tak usah kau pungut. Dia hanya sebentuk jejak sepatu yang tak muat dengan kakimu. Terlalu kecil. Dia adalah kucuran darah yang tak pernah berhenti keluar dari jantungmu. Mulai sekarang kau bebas terbang seperti angin yang mencumbui burung.”

Dan kubiarkan dia mencumbui teman dekatku. Seperti dua kutu busuk yang minta dibunuh. 

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

His Rhyme

His Rhyme
gave me the strength