Selain merawat hati. Tapi segala yang kupelajari darimu adalah tentang merawat hati. Merawat hati, usaha untuk selalu mengingat nurani. Bahwa manusialah saja yang bersifat insani. Sebabnya, darimu aku belajar untuk berbagi. Berbagi yang tidak menuntut balas serupa apalagi lebih. Dengan siapa pun, sekecil apa pun hal yang kubagikan. Menghargai setiap unsur yang ada di semesta. Bahwasanya aku belajar untuk berada dalam kulit orang lain, memosisikan diri dalam perspektif...
Sore yang mencabik emosi. Kamu bertanya tentang kampung halaman, rumahku. Sejurus diam aku menyusun paragraf. Tak tersusun. Dua cangkir kopi menertawaiku, termasuk kamu. Emosiku baik-baik saja sebelum kamu bertanya. Kenapa harus rumah? Kota dan rumah memaksaku memutar memori pada kenangan yang membuncahkan kembali luka. Kenapa aku tak bisa menceritaimu tentang keduanya. Bisa jadi lantaran aku mulai membenci tempat kelahiran, kamu tahu aku paling...
Padamu, aku belum pernah mendongengkan ini. Tapi kisah tentangnya sudah kubagikan ke setiap indera manusia yang juga ingin menikmatinya. Dongeng tentang Matamu. Adalah bagian dalam setiap bualan puitis yang ditulis oleh para pemabuk. Mata. Menjadi objek murahan bagi kaum pengobral kata. Keindahan yang sudah jadi semakin murah. Bak mucikari, matamu dilacurkan pada para pembaca yang ingin ikut bersenggama melalui kata-kata. Kata-kata memang membumikan...