Sela daun dan sinar matari yang bercumbu di pohon jarak mendengarmu lirih
Memelankan kecupan,
mereka menyimakmu dengan geming
Malu lantaran dengan
lancang berciuman di depanmu di atas pohon jarak
Tanpa menguluk salam
Pohon jarak jadi sehina rumput
teki yang terlantar
Cekikik mereka mengundang sepoi merontokkan berhelai dedaunan
Melihatmu serius, kembali
diam dan sore seperti malam yang mencekam
Aku turut menyimakmu
sampai senja tenggelam
Malam seperti subuh yang
dingin dan kelu
Dan daun dan sinar matari
mengantuk lalu tidur bersama
Jarak hanyalah beberapa
pohon jarak yang berjajar
Beberapa kilometer satu
detik cahaya bahkan lebih jauh
Aku tak mengatakan itu
Mungkin kamu sudah tahu,
mungkin belum
Tapi kini jarak bagai
bukan hanya nama sebuah pohon
Jarak menjadi sesuatu
yang ingin kucari dan kusembelih
Yang kucuran darahnya
bisa kulihat muncrat dari lehernya
Pohon jarak hanya
mengucurkan getah
Yang bahaknya membahana dari angkasa, menggema
Barangkali daun dan sinar
matari karib dengannya
Akan kutanya besok, kala
awan tak lagi cemburu pada cumbu mereka yang mesra
Selamat lebaran, pohon jarakku