source: 7-themes.com Suatu hari Ibu pernah bilang, “Jika kau mencintai seseorang, jangan berikan seluruh hatimu padanya. Sisakan sedikit untukmu sendiri. Agar tak terlalu sakit kalau-kalau nanti ia berubah menjadi orang yang tak kau kenal lagi.” Ia membicarakan kesalahannya, hatinya, dirinya sendiri. Terlanjur ia memberikan setiap jengkal hatinya. Sedang Ayah sudah menjadi orang yang tak lagi dikenalnya. Begitupun, ia bertahan. Terperosok cinta yang terlalu...
We won't have forever But maybe we'll have fifty years Because one day you'll be gone And one day I'll be gone Yes one day we'll be gone Maybe one day you'll meet someone you're craving in And I'll be turning into shadows of your dream Our memories crashed and vanished like a smoke of your cigarette that you blew away to our...
source: upsocl.com Salah satu teman beberapa hari yang lalu bertanya melalui ruang obrolan sosial media, “Bagaimana rasanya?”. Aku terpaku beberapa lama meresapi pertanyaannya. Meraba-raba apa yang kira-kira tengah kurasakan saat itu untuk mengetahui bagaimana rasanya. Memangkas waktu, kuketik balasan, “Seperti abis muntah-muntah seember”. Nyatanya aku belum pernah muntah-muntah seember, tapi kalaupun pernah, mungkin kira-kira begitulah rasanya. Kosong. Hampa. Melompong. Plong. Masih mual, tapi...
source: favim.com Dulu pas kecil, aku suka rambutku dikepang. Bukan karena biar cantik. Tapi karena rambutku harus ditarik-tarik, terus dipilin, dan ditali. Rasanya geli tapi aku ketagihan. Tapi setelah itu, rambutku jadi keriting. Bergelombang. Aku tak suka. Biasanya bukan aku yang minta dikepang atau dikuncir. Tapi ibu. Ibu yang mengatur rambutku hari ini apakah mau dikepang atau dikuncir atau diurai sambil dijepiti warna-warni....
Aku harus kembali ke Malang. Bayangmu terlalu menyakitkan di kampung halaman. Setidaknya itu satu cara untuk meredam ilusi yang muncul tiap menit kuhabiskan di sana. Kota dingin sialan ini lebih terasa hangat.Paling tidak, tak harus kugigilkan badanku sebab ketelanjangan memori tentangmu.Desakan kuat untuk berlari menikmati kedua matamu. Kukira aku selesai mencintaimu. Ternyata hanya butuh satu detik mengingatmu sebelum tidur. Lalu mimpi akan melenyapkan...
Kenapa jika berhadapan dengan ayah, suaraku selalu bergetar. Bukan gemetar takut menghadapi sosok jangkung berkumis itu. Bukan juga getar menggigil akibat aura dingin yang melekat di dirinya. Melainkan lebih kepada bergetar karena bahagia dan sedih campur jadi satu. Perasaan apa itu namanya? Bahagia, karena kalau aku tak salah ingat, percakapanku dengan ayah bisa dihitung jari—sayang sekali aku tak mau menghitungnya. Sekolah Dasar hingga...