Kuauskan Karang Buatmu
March 13, 2016
Seperti merpati yang tiba-tiba mengelu dari lubang di
sangkarnya, nuansa ini tiba-tiba saja merangkulku dari segala penjuru. Nuansa
yang sering kuhafal ketika aku mulai bosan dengan kehampaan. Aku menyambutnya
sebagai ucapan selamat datang atas pintu menuju labirin gelap. Karena aku tahu
aku akan mati oleh koyakan sepi. Karena merpati itu tidak pernah terbang, ia
hanya menyembulkan lehernya. Sebenarnya ia sudah tak lagi mampu terbang dengan
satu sayapnya yang sudah patah. Waktu itu ia kalah oleh keingintahuannya pada
nuansa yang selalu membuatnya susah tidur.
Ia hanya untuk bintang di langit. Aku merpati cacat. Sudikah
ia membakar diri sendiri untuk jatuh pada rentangan sayapku yang aus?
Adalah mimpi yang sempurna untuk tak menghiraukan sejuk
semilir nuansamu. Tapi sayang, aku lebih sering berada di realita, sekalipun
fana. Sekalipun terpaksa kuhirup nuansamu, jadi mencekik lautan sadarku.
0 komentar