Melayat Nostalgi
October 30, 2016
Hai, apa kabar
Nisanmu belum lumutan juga ya?
Tanah kuburmu masih basah dan gembur pula.
Sementara rambutku terlanjur menguban,
kulitku mengerut dan mataku mengabur.
Maaf jika aku datang dengan berantakan.
Aku tak sempat menyisir rambut atau menabur bedak.
Kupikir kau lebih suka melihatku seperti ini.
Waktu juga ikut menua, kau tahu.
Dia makan dagingku dan daya ingatku,
Itu dosa yang harus dia bayar.
Tidak, tidak.
Takkan kubiarkan dia menyentuh nostalgi kita dengan giginya
yang mulai keropos.
Sudah cukup dia mengurungmu dalam kubur.
Hari ini aku bawa daun jati favoritmu,
bersama rintik hujan yang belum dirampas Cumulus.
Bawalah ke dalam terang lahatmu.
Esok akan kubawakan hangat sinar mentari,
dan sebait lagu yang sering kau nyanyikan untukku.
Tunggulah.
di ambang sendu,
Malang 30 Oktober 2016
0 komentar