Hai, apa kabar Nisanmu belum lumutan juga ya? Tanah kuburmu masih basah dan gembur pula. Sementara rambutku terlanjur menguban, kulitku mengerut dan mataku mengabur. Maaf jika aku datang dengan berantakan. Aku tak sempat menyisir rambut atau menabur bedak. Kupikir kau lebih suka melihatku seperti ini. Waktu juga ikut menua, kau tahu. Dia makan dagingku dan daya ingatku, Itu dosa yang harus dia bayar....
Aku pernah Memandang hujan sebagai tubuhmu yang menyiratkan asa Aku pernah Mendengar hujan sebagai suaramu yang menyanyikan rasa Aku pun pernah Mengutuk hujan karena ia Ternyata tak pernah Mengenalmu Aku pernah mencintai hujan pada titik aku gila bersetubuh dengannya mengoyak permukaannya mencumbui kedalamannya menjilati kaca yang tersentuh tetesnya melebur bersama iramanya Sebelum hujan menguak rahasianya Kau sudah bisa memiliki hujan Aku tak lagi...