Membunuh, Dibunuh, Sama Saja
May 21, 2016
Ingin aku mencapai tahap ketika aku berhenti “menghakimi”.
Melebur dengan segala perbedaan. Melupakan batas yang mampu menguraikan “kita”
menjadi “aku” dan “kamu”. Tapi lagi-lagi, aku masih berada di puncak egoku yang
tertinggi. Aku masih ingin menguasai sesuatu. Dilihat dan mendapat decakan
kagum dari orang-orang. Sedangkan jarakku dengan singgasana kuasa itu masih
5000 anak tangga jauhnya. Dan tanganku masih selalu gatal untuk mengibaskan
sesuatu yang tidak kusuka. Kakiku juga masih ingin menendang-nendang semua
makhluk yang meringkuk di sepanjang tangga itu.
Kamu mungkin melihatku sebagai manusia yang hina. Tapi
tidakkah kau melihat ke arah cermin? Bahwa kau pun begitu. Pantulan semua orang
yang ada di cerminmu juga begitu. Kita ini makhluk yang hina dina. Saling
memakan untuk mencapai puncak. Kanibal dalam objek yang lain. Tapi tetap saja,
kita ini kanibal. Menyingkirkan sama dengan memakan. Karena kita tidak akan
puas menyingkirkan, sampai yang kita singkirkan benar-benar menjadi
remah-remah.
Menyingkirkan dengan membuatnya lebih buruk dari kita sendiri.
Mengatakan dia “jelek”. Dia gendut. Dia pendek. Dia kumal. Dia bodoh. Dengan
itu kita puas. Karena merasa lebih baik darinya. Karena orang-orang yang
mendengar adalah pihak ketiga yang mudah terprovokasi. Mereka terlalu mudah
percaya hingga ikut menyingkirkannya.
Aku adalah manusia yang begitu. Dan aku menganggapnya sebagai
kodrat atas hidup yang diberikan kepadaku. Aku melakukannya karena itu tujuan
hidupku. Menjadi yang terbaik di atas semuanya. Menduduki singgasana dan
membuat semua orang tunduk. Aku senang dengan itu. Bagiku itu nikmat, seperti
menyesap kopi di pagi hari.
Sampai aku menyadari bahwa satu-satunya cara untuk diakui
orang lain adalah dengan pengakuan atas diriku sendiri. Menghargai diri sendiri
adalah inti dari menjalani hidup. Dan untuk menghargai diri sendiri, adalah
dengan mengakui orang lain. Ya. Melebur bersama mereka. Aku sudah melihat
keindahannya. Jika aku bisa melakukannya. Dihargai, menghargai. Dibunuh,
membunuh. Itu sama saja. Bedanya, menghargai tidak akan membawa kita pada
penjara. Tidak. Menghargai adalah tindakan menghidupkan. Dan membunuh hanya
akan membawa kita pada kegelapan tak berujung.
0 komentar