Mojokerto, Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi
October 29, 2013
Apa yang membangun sebuah kota? Tentu saja
wilayah, pemerintahan, dan penduduk. Tapi apa yang membuat kota itu disebut
kota pintar? Jawabannya sama, tapi dengan sedikit tambahan berbeda. Sebuah kota hanyalah kota jika wilayahnya tidak bebas polusi. Pemerintahan yang tak
bersistem tidak bisa disebut kota pintar. Atau penduduk yang tak peduli
terhadap wilayah tempat tinggalnya. Kota pintar butuh tiga elemen ini, wilayah
hijau, pemerintahan cerdas, dan penduduk berkesadaran tinggi. Semua itu akan
berjalan jika didukung oleh teknologi dan informasi yang terakses dengan mudah
di kota tersebut. Lihat saja San Fransisco, Amsterdam, Tokyo, Xinjiang, dan
Seattle. Pengisi bahan bakar listrik umum, penerapan energi surya, koneksi
internet super cepat, sistem transportasi anti macet, dan penerapan daur ulang.
Semua serba teknologi, tapi tidak menjadikan warganya malas dan anti kerja keras. Karena itu semua adalah hasil keringat mereka, para penduduk di lima negara itu, demi terwujudnya kota pintar yang diimpi-impikan warga negara di seluruh dunia. Termasuk kita.
Semua serba teknologi, tapi tidak menjadikan warganya malas dan anti kerja keras. Karena itu semua adalah hasil keringat mereka, para penduduk di lima negara itu, demi terwujudnya kota pintar yang diimpi-impikan warga negara di seluruh dunia. Termasuk kita.
Keputusan pemerintah Mojokerto untuk
menerapkan Mojokerto Kabupaten Pintar (MKP) merupakan keputusan yang sangat
tepat. Bahkan mungkin inilah yang ditunggu-tunggu oleh warga Mojokerto yang
perhatiannya tersedot kepada kehidupan di sekitarnya. Menilik sejarah Mojokerto
yang merupakan bekas Kerajaan Majapahit dengan embel-embel Kerajaan Terbesar se-Nusantara,
Mojokerto adalah kota yang pas untuk dijadikan kota pintar. Yakni sebuah kota
yang memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan kualitas hidup,
mengurangi dampak lingkungan, dan mengurangi konsumsi energi. Kita punya
potensi alami sebagai kawasan cagar budaya, kota pariwisata. Bagaimana tidak? Pusat
Kerajaan Majapahit ada di Mojokerto. Terbukti dengan tersebarnya kearifan lokal
di antero Kota Mojokerto.
Sektor budaya sudah berada di tangan kita.
Tapi apa iya, keberhasilan pembangunan kota pintar hanya mengacu pada
kebudayaan?
Semua hal berawal dari sebuah noktah.
Begitu pun dengan perencanaan pembangunan kota pintar. Start-nya harus
di sektor masyarakat. Dan berbicara masyarakat sama halnya dengan berbicara
tentang pendidikan. Ya, semuanya diawali dengan pendidikan. Karena apa gunanya
membangun kota pintar jika sang operator dan pelaksana bukan masyarakat
sendiri? Untuk apa mempercanggih sebuah kota jika sektor vitalnya, masyarakat,
sama sekali purba? Pendidikan yang penulis maksud di sini bukan hanya pada
akademik, melainkan keseluruhan yang akan berdampak pada gaya hidup.
Akar perbaikan pendidikan ini adalah pada
sistemnya. Sistem pendidikan harus berbasis teknologi dan informasi. Pendidikan
berbasis TI merupakan suatu sistem pendidikan yang proses belajar-mengajarnya memanfaatkan
teknologi informasi. Dalam sistem ini interaksi antara pengajar (guru) dan peserta
(murid) ajar tidak harus saling bertatap muka seperti halnya dalam sistem
pendidikan konvensional, tetapi bertemu dalam ruang teknologi informasi (internet)
dengan memanfaatkan suatu media yang disebut komputer. Oleh karena itu, pengajar
dan peserta harus sama-sama menguasai teknologi informasi yang digunakan di dalam
pembelajaran agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan efektif.
Seperti yang
kita tahu, internet adalah jaringan komputer untuk
keperluan komunikasi dan informasi. Sebuah komputer dalam satu jaringan
internet, berkomunikasi tanpa mengenal batas daerah dan
waktu. Perkembangan internet memberikan peranan yang sangat
berarti seperti saat ini. Internet merupakan wujud kemajuan teknologi informasi
yang mampu membawa kita pada era globalisasi. Di mana pun dan kapan pun, asal
kita terhubung ke internet, maka kita dapat bekerja, berkomunikasi,
berinteraksi, menciptakan dan menyebarkan data, informasi, dan pengetahuan
dengan sangat cepat ke berbagai belahan dunia. Kemajuan
teknologi informasi kini telah mengubah cara masyarakat menghabiskan waktu dan
cara mengerjakan sesuatu.
Dunia pendidikan termasuk yang
paling diuntungkan dari kemajuan TI karena manfaatnya yang luar biasa. Mulai dari
eksplorasi materi-materi pembelajaran berkualitas seperti literatur, jurnal,
dan buku, sampai membangun forum-forum diskusi ilmiah. Semua itu dapat dengan mudah
dilakukan tanpa mengalami hambatan berarti karena setiap individu dapat
melakukannya sendiri. Hal tersebut telah memberikan warna dalam sistem
pendidikan dunia, yang dikenal dengan berbagai istilah, antara
lain
e-learning, distance learning, online
learning, web based learning, computer-based learning, dan virtual
class room, yang
semuanya mengacu pada pengertian yang sama yakni pendidikan berbasis teknologi
informasi.
Perbaikan sistem
pendidikan juga akan berdampak pada pusat-pusat pembelajaran di luar sekolah,
misalnya perpustakaan. Dengan adanya kemudahan koneksi internet, baik perpustakaan sekolah atau pun perpustakaan
umum dapat dikembangkan menjadi perpustakaan digital. Yakni perpustakaan yang sebagian
besar sumber informasinya tidak menggunakan buku cetak, tapi buku elektronik
atau yang biasa kita sebut dengan e-book. Isi perpustakaan digital berada dalam suatu
komputer server
yang bisa ditempatkan secara lokal, maupun di lokasi yang jauh, namun dapat
diakses dengan cepat dan mudah lewat jaringan
komputer. Selain menghemat waktu, sistem ini juga dapat menghemat
biaya.
Media lain
yang bisa dikembangkan untuk mengembangkan kualitas pendidikan Kabupaten Mojokerto
yang tercinta ini adalah muatan lokal di sekolah-sekolah. Mojokerto’s
Tourism And Industry, bidang studi yang membahas segala kearifan lokal di
Kabupaten Mojokerto. Sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang
Mojokerto. Sayangnya, lingkup materi pelajaran ini masih terbatas pada bidang
pariwisata dan industri. Alangkah baiknya jika mulok ini diperluas sampai ke
sejarah Mojokerto, pembahasan mengenai masalah-masalah yang ada di Mojokero,
alih-alih mampu menanamkan rasa cinta kita terhadap kota yang berkecamatan 18
ini.
Permasalahan
lainnya yang dapat memengaruhi keberhasilan kota pintar ialah kebersihan. Jika lingkungan
bersih, masyarakat sehat. Dan masyarakat yang sehat merupakan aset utama dalam
menjalankan sistem pemerintahan. Masyarakat yang sehat juga indikasi bahwa
lingkungannya bebas polusi. Kota Mojokerto harus lebih menggalakkan program
kebersihan ini. Bukan hanya kota-kota besar yang diawasi kebersihannya,
melainkan juga desa-desa, terutama yang kurang terjangkau oleh mata publik. Warga
desa cenderung melalaikan kevitalan kebersihan lingkungan. Mereka cenderung
menyingkirkan sampah dengan membakar atau membuangnya ke sungai. Hal inilah
yang perlu menjadi perhatian pemerintah Mojokerto. Agaknya perlu dioperasikan
mobil-mobil pengangkut sampah yang bermobilisasi di seluruh penjuru desa yang
ada di Mojokerto secara rutin. Dengan begitu,warga tak perlu bingung-bingung
untuk membuang sampah mereka. Selain itu, sampah yang diangkut dapat dikumpulkan
untuk didaur ulang. Jika kebersihan tiap sudut lingkungan Mojokerto terjaga
dengan baik, masyarakat tidak akan terganggu dalam melaksanakan program
pendidikan.
Sekitar enam
abad yang lalu, Majapahit yang berpusat di Mojokerto pernah berjaya. Kita akan
mengembalikan kejayaan itu dengan penerapan Mojokerto Kabupaten Pintar. Kuncinya
ialah kesadaran bahwa pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap individu. Karena
dengan masyarakat yang cerdas, semua permasalahan yang ada di kota dapat dipecahkan
dengan solusi terbaik.
0 komentar